Kamis, 14 Agustus 2008

Jalan Jalan Sedap Sekejap di Medan

Medan dan daerah sekitarnya merupakan pusat jajanan impian para tukang makan. Karena di sana tergelar aneka hidangan khas Melayu, Batak, bahkan juga hidangan dari luar negeri yang sudah "diakui" sebagai hidangan khas Medan. Rasanya, sungguh rugi kalau Anda mampir ke Medan tanpa mencicipi beberapa hidangan yang kami gelar di sini.


SOTO MEDAN DAN SOP TAPANULI

Kalau Anda termasuk orang yang gemar makan soto, jangan lupa mampir ke Soto Medan Sinar Pagi di Jl. Sei Deli. Pengelolanya adalah Ibu H. Yurdanis. Ia meneruskan usaha ini dari sang ayah, Bpk. Piliang.

Pada awalnya soto ini tidak seterkenal sekarang. Yurdanis yang merantau dari Padang ke Medan memulai usahanya dengan coba-coba. "Modalnya pun cuma 3 kilogram beras dan sekilo daging," jelas Evie adik Yurdanis yang kebagian tugas kasir.

Dalam kurun waktu tiga puluh lima tahun lamanya akhirnya soto Piliang dikenal luas warga Medan. Orang Medan sering menyebutnya sebagai Soto Sei Deli. Setiap hari warung mereka diserbu pelanggan dari berbagai lapisan. Bukan hanya rakyat biasa bahkan para pejabat pun, tak segan-segan mampir di warungnya. Kalau dulu mereka cuma punya 3 karyawan, sekarang malah sudah 12 karyawan.

Di kedai ini Anda bisa memilih soto ayam, daging, babat, usus, paru, dan limpa. Tentu dengan rasa yang sedap sekali. Kalau tidak, mana mungkin sang pemilik bisa menjual 400 - 500 piring seharinya. Jangan kaget, lewat soto ini, bisa dicapai sekitar Rp. 40 - 50 juta tiap bulan.

Begitu larisnya soto sei deli ini, sampai-sampai yang menirunya pun banyak sekali. "Untuk menjaga pelanggan, kami memasang plakat, 'Soto Medan Cabang Sei Deli' di tiap cabang kami," ungkap Evie.

Selain soto, orang Medan juga tergila-gila pada sop kambing. Coba saja datangi kedai sop kambing Al-Hamra, milik Mansyur Zubaidi (60) yang mangkal sehari-hari di Jl Tapanuli, Medan. Sop kambing warga keturunan Arab yang sudah mangkal di kawasan itu sejak tahun 80-an ini, memang lain dari yang lain.

Ternyata rahasianya ada pada bumbu. "Bumbunya masih saya datangkan dari Jedah, Timur Tengah. Untuk bunga lawang saya masih minta dikirimi dari Thailand karena bunga lawang Indonesia kurang wangi. Tapi untuk cengkeh, saya cuma membelinya dari Aceh," kata Zubaidi ayah lima anak dan kakek tiga cucu ini.

Sebelum berkecimpung langsung di kedainya, Mansyur hanyalah tukang perabotan rumah tangga. "Istri saya yang jualan sop. Saya sendiri paling-paling cuma kebagian jaga," sela Mansyur yang sempat jualan di Deli Plaza selama 3 tahun ini.

Kini pelanggan mereka tak cuma masyarakat sekitar. Artis tenar, atlet, pejabat Ibu Kota, bahkan tamu dari luar negeri pun rajin singgah di kedainya. "Pernah ada tamu dari Taiwan. Dia suka sekali dengan sop buatan saya. Sampai-sampai dia minta dibungkuskan untuk dibawa ke negerinya. Mungkin mereka senang karena warung saya sederhana dan tradisional. Ya, di sini, kan, cuma ada meja dan bangku,"papar Mansyur.

Meski laris Mansyur belum mau menurunkan kemahirannya membuat sop kepada anak-anaknya. "Mereka masih sekolah," cetus Mansyur yang tetap terus menjaga kualitas sopnya ini.

"Saya masih antre setiap pagi di Sentral Pasar supaya dapat daging yang baik yang akan dipotong."

Tak cuma itu, lanjut Mansyur, "Saya juga turun tangan sampai ke soal pencucian daging. Kalau tidak bersih, saya takut bau."
Setiap hari Mansyur menyediakan 20 kilogram daging. Daging sebanyak itu kira-kira bisa mendapatkan 200 porsi sop. Semangkuk sop dijual Mansyur Rp. 9.000. Di akhir minggu atau di hari libur, tentu Mansyur harus menyiapkan lebih banyak sop lagi.


IKAN SALE

Dari namanya sudah bisa diketahui, ikan sale adalah ikan yang dipanggang dengan asap yang banyak hingga warnanya hitam dan mengeluarkan minyak. Ikan ini merupakan makanan khas masyarakat Padang Sidempuan (Tapanuli Selatan).

Salah seorang penjual ikan sale di pasar tradisional Aksara Medan, Pardomuan Harahap mengaku, sudah sepuluh tahun berjualan ikan sale."Memang, sih, jualnya nggak khusus, tetapi dengan ikan asin," ujar Harahap. Sebenarnya, lanjut Harahap ikan sale punya sejarah panjang. "Dulu pada awalnya para petani secara tidak sengaja membuat makanan ini. Suatu hari, para petani yang tengah tidur di ladang menemukan banyak ikan yang terdampar di sungai. Daripada dibuang, ikan tersebut diasapi dan diberi nama ikan sale."

Tampaknya hidangan ini bisa diterima masyarakat sekitar, maka ikan sale sekarang sengaja dibuat. Umumnya ikan yang digunakan adalah lele, belut, jurung, bahung, dan lapam. Pokoknya ikan-ikan sungai.

Harga ikan sale mulai dari Rp. 25 ribu sekilo hingga Rp. 55 ribu sekilo. Dalam seminggu Harahap mengaku bisa menjual 25 kilogram ikan sale seminggu. Sengaja ia tidak mendatangkan ikan sale lebih banyak dari itu karena ikan sale cuma bertahan sampai 2 minggu. "Lebih lama lagi, ikan sale bisa dimakan rayap," jelasnya. Di samping Harahap, ada lagi penjual ikan sale di Pasar Aksara. "Dia abang saya. Omzetnya bisa sampai 10 kali lipat saya," puji Harahap.

PAKKAT ROTAN

Selain ikan sale ada lagi makanan khas masyarakat Batak Mandailing yakni pakkat atau rotan (pucuk rotan, Red.). Penganan ini berbentuk mirip bambu-bambu kecil. Dijualnya hanya pada bulan puasa. Jangan mengira rotan yang bisa disantap ini sama dengan rotan yang dijadikan kursi atau meja. "Rotan yang ini adalah jenis rotan getah," kata Panggabean, salah seorang penjual di Simpang Aksara.

Tanaman rotan getah ini biasanya tumbuh liar di hutan-hutan dan tepi sungai. Menyantapnya tak bisa mentah-mentah, melainkan dibakar dulu. Kulitnya dikupas dengan pisau atau tangan. "Nah, daging pohon yang berwarna putih itulah yang disantap. Bentuknya berlapis-lapis menyerupai rebung bambu," kata Beno Sakti Siregar pedagang pakkat yang lain.

Namanya juga pucuk rotan tentu saja rasanya tak gurih atau manis. "Rasanya justru lebih pahit dari daun pepaya atau pare. Makanya, lebih enak dimakan pakai saus atau sambal," saran sang penjual.

Meski pahit, peminatnya banyak. Maklum pucuk rotan amat dipercaya mampu menambah tenaga, mengobati darah tinggi, rematik, dan menguatkan otot, apalagi kalau dimakan secara rutin.

2 komentar:

Syahsyah mengatakan...

Tampilkan dong Buk Gambar rotannya (pakkat) jadi nggak salah makan dan penasaran sih apalagi rasanya pahit wah demen banget sih dengan yang pahit-pahit

bayu mengatakan...

siiipp.....