Minggu, 24 Agustus 2008


ANYANG


Santapan ini sebenarnya khas Melayu. Tetapi pencintanya dari berbagai etnis. Bahkan, ada pedagang asal Minang yang berniat "memodifikasi" resepnya agar pas dengan selera Minang. Makanan ini banyak dijumpai di restoran-restoran masakan Minang-Melayu. Bahkan jika datang bulan puasa, setiap pedagang makanan kaki lima tak pernah luput menjual makanan ini. "Habis, cocok untuk tradisi buka puasa,"cetus Farida Hanum salah seorang pedagang rumah makan yang khusus menyediakan menu anyang. Pada bulan puasa biasanya pedagang berjualan mulai kawasan Jl Amaliun, Glugur, Simpang Limun, Serdang, Gatot Subroto serta di seputar kampus USU Medan. Anyang sebetulnya mirip urap. Hanya saja bumbu kelapanya disangrai seperti serundeng. Bumbu dasarnya tetap mirip yakni, bawang merah, serai, daun jeruk, dan ketumbar. Semuanya dihaluskan lalu disangrai bersama kelapa. Jenis anyang cukup banyak. Ada anyang rawa, anyang umbut pisang, anyang paku alias pakis, anyang taoge, anyang rotan alias kepa, dan anyang rebung. "Nama-nama itu cuma untuk membedakan bahan bakunya saja,"tutur Hanum. Anyang biasanya dimakan dengan bubur pedas. "Tapi kalau tak ada bubur, untuk lauk nasi juga pas. Selain untuk dimakan sehari-hari anyang juga sering hadir di pesta. Menjual anyang tentu banyak untungnya. Dengan Rp. 50 ribu, bisa diperoleh 3 sampai 4 kali keuntungan. Jadi, kalau modalnya Rp. 500 ribu, hitung sendirilah keuntungannya

Tidak ada komentar: